cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol. 19 No. 1 (2013)" : 9 Documents clear
STUDI PEMANFAATAN LIMBAH B3 SLUDGE PRODUCED WATER SEBAGAI BAHAN BAKU REFUSE DERIVED FUEL (RDF) Anggi Pertiwi Putri; Sukandar Sukandar
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.1

Abstract

Abstrak: Kebutuhan sumber energi terbarukan semakin penting mengingat kebutuhan akan energi yang terus meningkat. "Waste to Energy" adalah konsep yang sesuai untuk memecahkan masalah ini. Refuse derived fuel (RDF) sebagai salah satu aplikasi dari konsep tersebut yang menggunakan residu memiliki nilai kalor yang tinggi sebagai bahan bakar. Sludge produce water merupakan salah satu limbah industri minyak dan gas bumi kategori limbah bahan berbahaya dan beracun yang memiliki karakteristik kandungan C-organik mencapai 52,03%, total petroleum hidrokarbon sebesar 32,216% dan nilai kalor mencapai 4.100,39 kal/gr yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif aplikasi waste to energi dengan metode RDF. Sementara biomassa seperti kompos, serbuk gergaji, dan tandan kelapa sawit mudah ditemukan namun belum banyak dimanfaatkan juga berpotensi menjadi bahan campuran RDF dalam upaya meningkatkan nilai kalor. Sludge produced water dan biomassa dapat dimanfaatkan menjadi RDF dengan kombinasi yang tepat sehingga menghasilkan nilai kalor yang optimum untuk bahan bakar. Penelitian ini meninjau karakteristik dan nilai kalor bahan dengan proximate analysis dan bom kalorimeter. Penelitian dilakukan dengan mencampurkan biomassa dan sludge produced water dengan rasio 1:3, 2:2, dan 3:1 serta menambahkan bahan perekat berupa tepung kanji dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 5%.  Nilai kalor paling baik yang dihasilkan adalah dari kombinasi sludge produced water dan serbuk gergaji perbandingan 1:3 dengan konsentrasi perekat 5% yang menghasilkan nilai kalor sebesar 4.933,95 kal/gram. Waste to energi dalam bentukan RDF ini dapat dijadikan alternatif pemanfaatan limbah B3 sludge produced water.
STUDI PENGOLAHAN AIR SUNGAI TANGGULAN SUB DAS CIKAPUNDUNG MENGGUNAKAN FLOATING TREATMENT WETLANDS DENGAN POTENSI PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR Annisa Satwika Lestari; Rofiq Iqbal; Prayatni Soewondo
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.2

Abstract

Abstrak: Mayoritas penduduk Indonesia yang menempati wilayah bantaran sungai masih membuang air limbah domestiknya langsung ke sungai sehingga kualitas air sungai menurun drastis. Padahal air sungai merupakan salah  satu  sumber  air  utama  yang  dimanfaatkan sebagai  air  baku  untuk air  minum,  misalnya air  sungai Cikapundung di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung. Masyarakat di bagian timur sungai ini membuang air limbah domestiknya ke sungai tersebut, sementara masyarakat di bagian barat sungai menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber air utama untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci pakaian, peralatan dapur, bahkan bahan makanan. Hal inilah yang membuat sungai di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung ini menjadi perhatian utama dalam kebutuhan teknologi pengolahan air yang efektif dan tepat guna. Ketepatgunaan teknologi ini juga harus meliputi partisipasi masyarakat. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efisiensi pengolahan floating tretment wetlands dengan 3  variasi tumbuhan dan potensi aplikasinya sebagai teknologi pengolahan air yang tepat guna di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung. Penelitian mengenai efisiensi pengolahan dari floating treatment wetlands (FTWs) yang memiliki 3 tipe tumbuhan, Ipomoea reptans, Amaranthus tricolor, dan Lactuca sativa, dilakukan dalam skala laboratorium dalam kondisi batch. Wawancara dan kuesioner dilakukan terhadap 34 orang dari 137 KK dengan tingkat kesalahan 0,16 untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung, Indonesia. Hasil efisiensi penyisihan rata-rata yang didapat mencapai lebih dari  45 % total suspended solids (TSS), 63 % chemical oxygen demand (COD), 84 % biological oxygen demand (BOD5), 73 % Ammonium (NH4+-N) dan 86 % ortofosfat (PO43-). Berdasarkan pengamatan didapat bahwa vegetasi dengan pengolahan terbaik adalah I reptans. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, teknologi FTWs ini berpotensi untuk menjadi teknologi tepat guna dengan partisipasi masyarakat yang mungkin diaplikasikan untuk restorasi sungai Cikapundung.
EMISI CO2 DAN PENURUNAN KARBON ORGANIK PADA CAMPURAN TANAH DAN KOMPOS (SKALA LABORATORIUM) Dwina Lubna; Emenda Sembiring
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.3

Abstract

Abstrak:  Kenaikan  konsentrasi  Gas Rumah  Kaca (GRK)  di atmosfer  memberikan  efek terhadap  temperatur global. Salah satu GRK yang diatur keberadaannya  oleh Intergovernmental  Panel on Climate  Change (IPCC) adalah karbon dioksida (CO2). Emisi CO2 dihasilkan  dari kegiatan antropogenik  dan sumber alami. Penelitian ini berfokus pada sumber emisi CO2  dari kegiatan antropogenik,  yaitu pertanian. Aplikasi kompos adalah suatu hal yang umum dilakukan  pada sektor  pertanian.  Kompos  merupakan  bentuk akhir dari bahan organik  yang telah terdekomposisi  sehingga bermanfaat sebagai sumber substrat bagi mikroorganisme  dalam tanah. Kegiatan mikroorganisme  dalam  tanah  ini menghasilkan  produk  akhir  berupa  CO2 yang dikeluarkan  melalui  respirasi tanah. Selain itu, kompos juga berperan dalam meningkatkan  carbon sequestration.  Tujuan dari penelitian  ini adalah mengukur emisi CO2  dan mengetahui  penurunan kandungan  karbon organik pada campuran  tanah dan kompos  serta  melihat  perbedaan  antara  kompos  yang  dicampur  rata  dengan  tanah  dan  kompos  yang  tidak dicampur rata dengan tanah. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan incubator vessel yang diinkubasi selama 90 hari. Ada tiga jenis kompos yang digunakan,  yaitu Kompos Domestik Kampus, Kompos Cacing  dan Kompos  Daun.  Ketiga  kompos  ini merupakan  kompos  komersil.  Dosis  kompos  yang digunakan adalah 0,2 gram kompos/10  gram tanah dan 0,5 gram kompos/ 10 gram tanah. Campuran  tanah dan kompos memiliki  kandungan  karbon  organik  yang  lebih  besar  daripada  tanah.  Setelah  inkubasi  selama  90  hari, kandungan  karbon  organik  pada  campuran  tanah  dan  kompos  mengalami  penurunan.  Penurunan  kandungan karbon   organik   sebagai   sumber   substrat   diikuti   dengan   penurunan   aktivitas   mikroorganisme    dalam menghasilkan CO2  pada campuran tanah dan kompos.    Emisi CO2 mengalami peningkatan dari awal penelitian (t0) hingga hari ke-20 (t20), setelah itu terjadi penurunan kadar emisi CO2  hingga akhir penelitian (t90). Selama masa  penelitian,  campuran  tanah  dan  0,5 gram Kompos  Domestik  Kampus  mengemisikan  CO2  yang  paling tinggi yaitu 0,32-0,64 mg/hari.
ANALISA PENGELOLAAN SAMPAH MAKANAN DI KOTA BANDUNG Gladys Brigita; Benno Rahardyan
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.4

Abstract

Abstrak : Komposisi sampah di Indonesia didominasi oleh sampah organik yang berasal dari sampah sisa makanan, sementara pengelolaan sampah jenis  ini  telah  mendapatkan perhatian khusus di  beberapa negara  lain  seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Inggris, di Indonesia pengelolaan sampah organic masih dititikberatkan pada metode landfilling. Dengan mengambil kota Bandung sebagai lokasi penelitian, penelitian mengenai sampah makanan ini dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran timbulan dan komposisi sampah sebagai data primer serta pengumpulan data sekunder dengan tujuan untuk melakukan kajian dan analisa pengelolaan sampah makanan di Kota Bandung. Dengan mengambil titik sampel dalam 7 kategori (food court, RM padang, RM Sunda, hotel, PKL, RM siap saji, kafe), penelitian dilakukan sejak bulan april "“ juni 2013. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah timbulan sampah sisa makanan sebesar 0,23 "“ 2 liter/orang/hari dengan komposisi sebanyak 73% merupakan sampah organik. Permasalahan teknis yang dihadapi dalam pengelolaan sampah sisa makanan adalah kurangnya kesadaran pemerintah dalam menyediakan fasilitas pengolahan sampah makanan secara khusus dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemilahan.
IDENTIFIKASI DENSITY FIGURE DAN PENGENDALIAN VEKTOR DEMAM BERDARAH PADA KELURAHAN CICADAS BANDUNG Lini Ariva; Katharina Oginawati
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.6

Abstract

Abstrak: Dengue Haermorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah adalah salah satu penyakit yang sering mewabah di Indonesia. Pemantauan jentik nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini menjadi kegiatan rutin yang dilakukan dinas kesehatan dengan bantuan kader. Dari data dinkes tahun 2011 didapatkan angka rumah bebas  jentik sebesar  93,38% untuk Kota  Bandung. Walau demikian angka  kejadian DHF  di  kota Bandung terus meningkat. Untuk mengetahui faktor resiko penyebab kejadian demam berdarah di kelurahan Cicadas yang padat penduduk, maka dilakukan suatu penelitian Cross Sectional Study. Berdasarkan analisis data penelitian lapangan, kelurahan Cicadas sebagai wilayah studi memiliki angka bebas jentik sebesar 77,78%, House Index(HI) 22,22%, Container Index(CI) 12,84% dan Breteau Index (BI) 27,45. Sehingga didapatkan nilai Density Figure(DF) adalah 4. Hal ini menunjukkan bahwa kepadatan populasi nyamuk adalah sedang. Sehingga diperlukan tindakan pengendalian nyamuk sebagai vektor penyakit. Dan dari hasil kuesioner didapatkan bahwa 17%  dari  total    responden tidak  melakukan  pengendalian vektor  sama  sekali.  48%  dari  total  responden melakukan salah satu dari empat jenis pengendalian vektor (fisik, biologi, kimia, proteksi diri). Dan didapatkan bahwa jenis pengendalian vektor yang paling sering dilakukan oleh masyarakat di kelurahan Cicadas adalah secara kimia, yaitu 62% dari total responden. Kemungkinan tingginya penggunaan jenis pengendalian tersebut karena dianggap yang paling praktis dan memberikan efek yang terlihat secara kasat mata. Berdasarkan hasil regresi linear didapatkan bahwa terdapat hubungan antara pengendalian vector dengan kejadian DHF sebesar 15,8%.
STUDI PERBANDINGAN KITOSAN CANGKANG KERANG HIJAU DAN CANGKANG KEPITING DENGAN PEMBUATAN SECARA KIMIAWI SEBAGAI KOAGULAN ALAM Maulana Nur Arif; Sinardi Sinardi; Prayatni Soewondo
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.7

Abstract

Abstrak: Koagulasi merupakan proses pengolahan air untuk menghilangkan materi tersuspensi dan koloid. Tawas adalah bahan kimia yang sering dipakai sebagai koagulan. Penggunaan tawas menimbulkan masalah karena residu anorganik yang dihasilkan bersifat karsinogenik dan dapat mengganggu lingkungan dan kesehatan serta tidak mudah dibiodegradasi. Ini mendorong pemanfaatan koagulan dari bahan alami seperti kitosan. Kitosan dapat dihasilkan dari cangkang kerang hijau dan cangkang kepiting yang keberadaannya melimpah di Indonesia. Produksi cangkang kerang hijau dan cangkang kepiting berpotensi menjadi limbah karena belum dirmanfaatkan dengan baik. Salah satu pemanfaatan cangkang kerang hijau dan cangkang kepiting adalah dengan membuat kitosan sebagai koagulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efisiensi penggunaan kitosan cangkang kerang hijau dan cangkang kepiting sebagai koagulan. Tahapan penelitian meliputi karakterisasi  kitosan,  preparasi  air  sintetis  sebagai  sampel,  uji  jartest,  dan  uji  parameter  yang  meliputi kekeruhan,  zat  organik,  dan  besi.  Pada  penelitian ini  didapat  bahwa  kitosan  cangkang  kerang hijau  dan cangkang kepiting memiliki kadar air rendah, 1,02% dan 2,21%. Hasil pengukuran FTIR juga menunjukan bahwa kitosan cangkang kerang hijau dan cangkang kepiting memiliki derajat deasetilasi besar, 77,80% dan 87,64%. Ini menyebabkan koagulasi menjadi lebih efektif. Dari jartest, didapatkan bahwa pH optimum kitosan cangkang kerang hijau adalah pH 7-9 dan untuk kitosan cangkang kepiting adalah pH 5. Pada penelitian didapatkan dosis optimum kitosan cangkang kerang hijau pada pH 5, 7, dan 9 adalah 200, 350, dan 250 mg/l serta kitosan cangkang kepiting pada pH 5, 7, dan 9 yaitu 6, 10, dan 14 mg/l.
PENELITIAN METODE ESTIMASI UNTUK INVENTARISASI EMISI SHORT LIVED CLIMATE FORCERS (SLCFs) PADA SEKTOR TRANSPORTASI DARAT (STUDI KASUS : KOTA SURABAYA) Nugroho Haryoputro; Asep Sofyan; Haryo Satriyo Tomo
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.8

Abstract

Abstrak: Inventarisasi emisi merupakan bagian yang penting dalam usaha pengelolaan kualitas udara. Sayangnya, usaha inventarisasi emisi yang kontinu di negara-negara berkembang seperti Indonesia seringkali mengalami stagnasi akibat ketidaktersediaan data yang sesuai dengan metode-metode yang sudah ada. Inventarisasi yang akhirnya berjalan pun tak jarang berakhir dengan hasil yang memiliki ketidakpastian yang tinggi. Metode yang saat ini ada untuk inventarisasi emisi antara lain adalah pendekatan dengan traffic counting, dengan perhitungan VKT (vehicle kilometers travelled) serta perkiraan dengan data jumlah kendaraan yang terdaftar. Metode yang diperkenalkan dalam penelitian ini menggabungkan perhitungan data jumlah kendaraan yang terdaftar dengan data panjang jalan yang telah dipetakan dalam grid, disertai dengan validasi dengan data ATTN dan pemetaan proporsional beban emisi tiap jenis kendaraan dengan proporsi panjang jalan di suatu grid terhadap panjang jalan total. Hasil yang diperoleh berupa data inventarisasi emisi yang telah dipetakan secara spasial.
VALUASI EKONOMI DAN UPAYA PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI Barti setiani Muntalif; Olva Hasian; Emenda Sembiring
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.9

Abstract

Abstrak: Kecamatan Muara Gembong merupakan salah satu daerah di Indonesia yang telah mengalami degradasi mangrove di wilayah pesisirnya akibat perubahan lahan. Perubahan lahan terbesar digunakan untuk membuka lahan tambak ikan untuk kegiatan budidaya. Dampak ekologi yang timbul akibat rusaknya ekosistem hutan mangrove  di wilayah Muara Gembong saat ini adalah abrasi. Melihat permasalahan yang terjadi, analisis terhadap aspek ekologis dan ekonomi yang saling berkaitan perlu dilakukan agar sumberdaya pesisir yang ada dapat digunakan secara lebih optimal dan efisien serta berkelanjutan. Analisis valuasi ekonomi dilakukan dengan perhitungan Total Economic Value (TEV) yang terdiri dari perhitungan nilai pemanfaatan (Use Value) dan nilai non-pemanfaatan (Non-Use Value). Dengan total luasan mangrove seluas 103,75 hektar, manfaat yang dapat diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung adalah sebesar Rp. 23.690.709.886,-. Enam skenario pemanfaatan lahan hutan mangrove disiapkan. Untuk melihat skenario mana yang layak untuk dijadikan acuan dalam rencana pengembangan daerah, maka dilakukan perhitungan analisis kelayakan usaha. Dari analisa tersebut terlihat bahwa skenario 4 (80% hutan mangrove dan 20% tambak ikan) merupakan skenario paling layak, dimana nilai NPV yang didapatkan selama 10 tahun memiliki nilai tertinggi sebesar Rp. 4.100.769.095.248,-  dan benefit-cost rasio (BCR) yang dihasilkan adalah 4,84 yang berarti apabila nilai BCR > 1 maka usaha dinyatakan layak untuk diterapkan.
STUDI PENYISIHAN MATERI ORGANIK, TEMBAGA, DAN KADMIUM DARI URBAN ROAD STORMWATER MENGGUNAKAN BIOFILTER Yuke Nabila; Yuniati Zevi
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.10

Abstract

Abstrak: Urban road stormwater memiliki kuantitas cukup tinggi dengan kualitas tercemar, sehingga akan mempengaruhi kondisi badan air penerima. Aktivitas di kawasan urban didominasi oleh kegiatan domestik dan transportasi, sehingga mengakibatkan tingginya kandungan logam berat dan materi organik dalam stormwater. Biofilter dengan media filter bervegetasi berfungsi untuk mengolah limpasan  stormwater yang mengandung polutan.  Media  yang  digunakan  dalam  biofilter  adalah  kombinasi  tanah  dan  kompos,  pasir,  kerikil,  serta tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides). Eksperimen dilakukan menggunakan stormwater artifisial dengan variasi volume influen yang digunakan yaitu 25 l, 20 l, dan 15 l dengan penambahan influen setiap 3 hari. Efisiensi penyisihan Cu sebesar 92-99% pada influen 25 liter dan mengalami peningkatan hingga 100% pada influen 20 liter, sedangkan efisensi penyisihan Cd konstan di kedua influen yaitu 99-100%. Efisiensi penyisihan zat organik sebesar 79-87% untuk influen 25 liter dan 86% untuk influen 20 liter. Parameter kualitas air lain diukur untuk mengetahui pengaruh proses biofiltrasi terhadap kualitas air secara keseluruhan. Penyisihan TSS sebesar 56-83%, sulfat tersisihkan dengan efisiensi 15-38% untuk influen 25 liter dan 47-54% untuk influen 20 liter, Fe disisihkan dengan efisiensi 71-94% untuk influen 25 liter dan meningkat hingga 90-99% pada influen 20 liter, dan penyisihan Mn memiliki efisiensi 97-99% pada kedua variasi influen. Sedangkan nitrogen menunjukkan peningkatan konsentrasi di awal eksperimen, kemudian baru tersisihkan pada running ketiga.

Page 1 of 1 | Total Record : 9